Ahad, 9 November 2008. Menjelang siang sebuah sms dari istri Asy
Syahid (Insya Allah) Imam Samudra beredar di kalangan masyarakat Muslim.
Begini isinya: Bismillah, Saya bersaksi Abdul Aziz bin Syihabuddin bin
Nakhail Imam Samudra Qudamah SYAHID. Wajahnya bersih baunya harum…
Alhamdulillah.
Informasi dari istri Imam Samudra rahimahullah ini diperkuat
kesaksian adik beliau, Lulu Jamaluddin. “Jenazah kakak wangi sekali
waktu dikeluarkan dari peti. Seperti minyak wangi yang sering
dipakainya,” ujar Lulu Jamaluddin dikutip inilah.com, di rumahnya,
Lopang Gede, Serang
Sementara itu, kakak Imam Samudra, Khoirul Anwar yang turut memasukan
jenazah ke liang lahat begitu terpukau saat melihat sang adik terakhir
kali. “Wajahnya seperti anak kecil yang baru saja dapat permen.
Seperti bayi yang baru saja dimandikan bidan,” katanya. Lebih lanjut
Khairul mengatakan, “Wajahnya begitu bahagia dan bersih. Bibirnya
tampak senyum.”
Sementara itu dari Lamongan, koresponden Arrahmah yang berada di
Tenggulun menceritakan bagaimana bau harum semerbak bertebaran dalam
ruangan ketika mereka ingin melaksanakan sholat jenazah. “Bau harum
semerbak bertebaran dalam ruangan. Kedua mujahid terlihat tersenyum dan
wajahnya bersih, sangat bersih, serta jauh lebih tampan. Allahu Akbar!”
Foto wajah bahagia dan bersih disertai senyum tipis Asy Syahid (Insya
Allah) Imam Samudra ini kemudian dipublikasikan secara luas oleh situs
arrahmah.com dengan tulisan berjudul: “Asy Syahid Imam Samudra
Bergabung Dengan Kafilah Syuhada”.
Sejak pemuatan foto eksklusif Imam Samudra tersebut, yakni hari Ahad,
9 November 2008 sore hari, situs arrahmah.com kebanjiran pengunjung
yang sangat luar biasa. Antusias kaum Muslimin untuk mengetahui secara
langsung foto orang yang syahid menyebabkan situs arrahmah.com
berkali-kali mengalami down akibat beban pengunjung yang overload.
Subhanallah!
Senyum dan Wangi Para Syuhada
Melihat senyum orang yang mati syahid (syuhada) membawa kesan
tersendiri bagi orang-orang beriman. Dengan kain kafan seadanya,
terkadang masih tercecer darah segar pasca pertempuran, selalu terlihat
senyum tersungging indah di bibir mereka, meski dengan beragam
ekspresi. Pancaran kegembiraan dan rasa puas yang tak terhingga seolah
menjadi hal yang ingin mereka sampaikan kepada dunia.
Memang, Allah SWT telah menyiapkan bagi mujahidin dan orang-orang
yang mati syahid di jalanNya berbagai karomah, anugerah, ketinggian
derajat dan kedudukan yang tidak dapat dicapai melalui ibadah-ibadah
yang lain.
Bahkan Nabi kita, tauladan kita, Muhammad SAW berkeinginan kuat untuk
mendapatkan keistimewaan ini, mati syahid. Lihatlah, betapa manusia
terbaik di alam ini bercita-cita pula untuk syahid fi sabilillah. Beliau
SAW bersabda :
“Demi yang jiwa Muhammad berada di tanganya, aku ingin berperang
lalu mati syahid, kemudian berperang lagi dan mati lagi, lalu berperang
lagi dan mati lagi.”
Rasulullah SAW juga bersabda :
“Berdiri satu jam di jalan Allah adalah lebih baik daripada berdiri shalat pada malam lailatul qadar di samping Hajar Aswad.” (HR. Ibnu Hibban, Al Baihaqi, dan yang lain)
Jihad fie sabilillah adalah puncak tertinggi (dzarwatus sanam) Islam, sebagaimana sabda Rasulullah SAW :
“Dzarwatus sanam (puncak tertinggi) Islam adalah jihad, tidak
akan dapat mencapainya kecuali orang-orang yang paling utama di antara
mereka.” (HR. Ath Thabrani)
Syekh Abdullah Azzam, pelopor jihad abad modern, banyak menceritakan
karomah jihad dan mujahidin, utamanya yang berjihad di Afghanistan.
Beliau mengatakan bahwa di suatu ketika beliau sedang bersama Jalaluddin
Haqqani di Paktia dan melihat seorang mujahidin yang syahid. Beliau
melihat betapa cerahnya wajah si syahid seolah-olah memancarkan nur
(cahaya). Saya teringat firman Allah yang berbunyi : “Wujuhun yauma idzin nadhirah”.
Kami meneruskan perjalanan, lalu para pemuda yang hadir di sana satu
sama lain bertanya, “Apakah kalian mencium bau wanginya?” “Ya” kata yang
lain, “Wangi sekali…”
Ghulam Muhyiddin dari Wardak menceritakan bahwa pada bulan Ramadhan
1404 H, yang saat itu musim panas, gugur 15 mujahidin sebagai syuhada.
Selama tiga bulan mereka berada di udara terbuka, kepanasan dan
kedinginan, namun tidak seorang pun dari mereka yang berbau busuk, malah
sebaliknya, bau mereka itu wangi.
Tentang wangi tubuh seorang yang mati syahid, Syekh Abdullah Azzam
juga punya pengalaman sendiri. Ketika beliau membawa surat yang diambil
dari kantong Asy Syahid Abdul Wahid, panglima Baghman yang gugur
sesudah I’edul Adha tahun 1405 H. Surat yang terkena darah si syahid
itu wangi sekali baunya, meskipun sudah dua bulan surat itu ada di
tangan beliau sejak dia tewas. Selain itu, sebuah surat yang juga
terkena darah syahid Yahya Siniyor, seorang mujahidin Arab berada di
tangan Abul Hasan Al Madani lebih dari dua bulan. Namun bau wanginya
masih tetap. Lalu sebagian dikirimkan kepada keluarganya agar dapat
membuktikan sendiri bau wangi tersebut.
Dalam Risalah Taklimat, semacam peryataan sikap, Imam Samudra,
Mukhlas, dan Amrozi rahimahullah pernah menyatakan : …Dan seandainya
kami dieksekusi, maka cucuran dan tetesan darah kami-Insya Allah, bi
izdnillah-akan menjadi nur (cahaya lentera) bagi kaum mukminin, dan
menjadi nar (neraka, api penghangus) bagi kaum kafirin dan kaum
munafiqin…
Foto Senyum Para Mujahidin
Banyak foto mujahidin yang diekspos media menampilkan mereka semua
sedang tersenyum, misalnya foto asy syahid Syamil Basayev, seorang
komandan mujahidin Chechnya, tersenyum tipis dengan wajah putih berseri
di antara lebatnya jenggot beliau.
Begitu juga foto Syekh Abu Mus’ab Az Zarqawi, yang syahid akibat
bombardir rudal pasukan kafir Amerika dan sekutu-sekutunya di Baqubah,
Iraq. Fotonya dipublikasikan di seluruh media, terutama internet. Foto
beliau nampak tersebyum tipis (seperti foto Imam Samudra) dan dengan
wajah yang terlihat bersih dan utuh.
Begitu pula foto asy syahid Mulla Daadullah, mujahidin Afghanistan,
juru bicara Emirat Islam Afghanistan, Juga foto Syekh Abdul Rashid
Ghazi, ulama mujahidin yang syahid dibantai toghut Pakistan di Masjid
Lal. Bahkan Komander Khattab, pemimpin Mujahidin Arab di Chechnya
didokumentasikan oleh kawan-kawannya ketika syahid dan kaum muslimin
dapat dengan mudah mengakses foto tersebut.
Dalam salah satu video produksi Ar Rahmah Media berjudul The Caravan
of Syuhada In Afghanistan Land ; Seharum Angin Surga, seorang mujahid
dari Afghanistan, Haidarah Hawin menceritakan bagaimana kondisi komandan
beliau Usamah Al Hamawi, rahimahullah, yang mendapatkan kemuliaan mati
syahid di medan jihad Afghanistan. Berikut kesaksiannya :
“Beliau terbunuh dalam sebuah sergapan musuh. Beliau adalah orang
yang sangat rendah hati dan aku bergaul dengan beliau selama 4 tahun.
Demi Allah, wajahnya sangat bersinar terlihat seakan-akan dia tersenyum
dan tidak terbunuh. Aku dan temanku mencium bau wangi dari jasad
Usamah, aneh! Bau apa ini ?, aku mencium bau wanginya sangat kuat. Demi
Allah, selama hidupku aku tak pernah mencium bau sewangi ini. Saya
masih menyimpan sejumlah uang kertas yang saya usapkan pada darahnya
ketika itu. Dari darahnya ini tercium semerbak bau misk dan tidak
hilang hingga 40 hari sejak beliau meninggal.”
Subhanallah. Senyum mujahidin dan wangi tubuh mereka adalah sebuah
bukti dari Allah SWT kepada para mujahidin bahwa mereka di sisi Allah
SWT menempati derajat yang mulia dan karena hal itu pulalah mereka
tersenyum dan bergembira. Allah SWT berfirman :
“Dan jangan sekali-kali kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur
di jalan Allah itu mati, sebenarnya mereka itu hidup di sisi Tuhannya
mendapat rezeki. Mereka bergembira dengan karunia yang diberikan Allah
kepadanya, dan bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal
di belakang yang belum menyusul mereka bahwa tidak ada rasa takut pada
mereka dan mereka tidak bersedih hati. Mereka bergirang hati dengan
nikmat dan karunia dari Allah. Dan sungguh, Allah tidak menyia-nyiakan
pahala orang-orang yang beriman.” (QS. Ali Imran (3) : 168-171)
Minggu, 17 Maret 2013
Senyum dan Wangi Para Syuhada, Bukti Karomah Allah SWT Kepada Mujahidin
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar